Cerpen Berjudul "DRAMA" [Terbaik dan Terbaru]






DRAMA
Cerpen Karya Andini Iswara

“Kamu itu memiliki bakat akting. Sudah, kamu ikut drama saja. Dan bu Yasmin, cari saja pengganti Nadien, saya pikir Derval tak akan keberatan” ujar Kepsek. Bu yasmine Cuma mengangguk-angguk khidmat. Lha, aku? Cuma bisa bengong dengan hati tak terima. Aku digantiin? Sama siapa? Toh, padahal aku udah jadi The Best Partner-nya Derval. Arrrhhgg!!

Aku gak pernah rela kalau posisi sebagai partner Derval diganti. Aku terlanjur nyaman, suka, dan memang bener-bener seneeeeng kalau bisa berada di samping Derval. Meski beberapa orang gak setuju kalau aku partner terbaik derval. Aku memang jelek untuk bisa bersanding dengan Derval yang tampan berotak bak Einstein. Tapi otakku bisa menyaingi kejeniusan nya.
Dan sekarang, aku ikut Drama?! ... aku bisa berubah haluan dalam bidang bakat. Tidak! Mungkin aku bisa saja berakting jelek dan akhirnya klub drama memprotes kehadiranku. Dan, tadaaa! ... aku keluar!. Terdengar mudah.

Hari ini, Ifa memarahi keterlambatanku. Yes! , peluangku untuk segera keluar dri klub ini akan segera terwujud. “Kau takkan keluar dari klub ini, sekuat apapun kau berusaha untuk membolos latihan” ujar Zio, lawan mainku yang memiliki tatapan tajam. Sebal juga, kalau dia sudah mengetahui keinginanku yang satu ini. Aku hanya mencibir, masa bodoh!
“Kau menyukai Derval bukan?” tanya Zio. Bagus! , ia sukses membuatku terdiam dengan hati berdebar. Mendengar nama Derval disebut saja sudah membuat aku serasa tersipu malu.

“Ehm .. apa kau melihat dialogku?” aku berusah mengalihkan topik. Meski kurasa ia tak kan terpengaruh. Matanya tetap menatap kearah air mukaku. Sial! “Ah, baiklah.” Aku menyerah “bagaimana kau tau?” jujur, aku penasaran sekali kenapa ia bisa sampai tau. Bimbi saja, sahabatku tak pernah mengetahui hal ini. “Aku memperhatikan tingkahmu yang membangkang di klub ini. Setahuku kau ini anak yang penurut, ternyata kau memiliki alasan lain di balik sikapmu itu” ujarnya santai. Ah, menyebalkan! “Kau ingin ikut lomba CCC tingkat provinsi kan? Bersama Derval. Bukannya bermain Drama nasional bersamaku dan klub Drama” ia menambahkan dengan penekanan di nama Derval-nya. Aku hanya mendesah.
***

“Trims ya, udah ngajarin aku cara nomer empat” ujar Fidya. Wajahnya yang cantik, tersenyum penuh terimakasih padaku. Andai saja bukan Derval yang meminta, aku tak kan mengajari Fidya.

Aku berjalan penuh kedongkolan menuju ruang pementasan. “Ya! ... adegan terakhir” teriak Ifa “Nadien!, kau masuk”

Aku berakting seolah-olah mati karena menusuk perutku dengan konde palsu yang di dalam cerita sih itu adalah konde pemberian Sang Romgah, raja yang berdarah iblis. Memiliki kaitan dengan dedemit, hantu dll. Konde itu diberikan sebagai arti pinangan darinya kepadaku. Aku telah diserahkan oelh masyarakat setempat sebagai tumbal untuk sang Romgah, yang diperankan Zio. Kurasa dia terlalu tampan untuk diberi peran sebagai Raja berdarah iblis, namun sebagai pelipur. Saat aku mati, dalam cerita itu dia berubah menjadi suci karena mencintai dengan tulus dan ... akhirnya topeng yang menutupi wajahnya terbuka. Terlihat matanya yang hitam menatapku lekat, aku tergolek lemas di pangkuannya. Ia hanya mampu menangis... akting yang bagus Zio! Sial! “Yak! Bagus!!!,... Nice Acting!” puji Ifa. “Aku baru tau, ternyata kau memang berbakat Nadien!”

Bagus! Aku takkan pernah keluar dari klub ini. Disisi lain, aku melihat Zio hanya tersenyum geli dengan tingkahku atas pujian Ifa. “Waaaaah! Derval!, coba lihat. Nadien tadi keren banget!” terdengar suara Fidya. Disampingnya, Derval mengangguk setuju. Mereka berdua menghampiriku.

“IH, aku ngiri. Kalian bisa berduaan deket begitu pas adegan terakhir” kata Fidya sambil melirik kearah disampingku, Zio. “Kenapa? cemburu?” timpal Zio seraya tersenyum menggoda. Fidya cemberut dengan manjanya, dan memukul Zio pelan. Ah, sial! Aku harus pergi ...
“Eh, nadien, aku gak nyangka ternyata kamu jago akting ya?” Suara Derval terdengar lembut. Aku merasa akan meleleh. Namun buru-buru aku jawab dengan senyum malu-malu. Aku dapat merasakan tatapan Zio yang tajam, mungkin didalam hati ia berkata setengah meledek “Ciee .. seneng ya, dipuji gebetan!”

***

Wuuiiih, capek sekali. Ini adalah hari terakhir aku dan klub drama berlatih untuk persiapan lomba esok lusa. Dan , besok adalah hari tenang. Aku menenggak habis air mineral yang Zio berikan. Tiba-tiba mataku menangkap sosok yang membuat jantungku berdetak cepat. Siapa lagi kalau bukan Derval! “Nadien. Emh..” ia mendekatiku. Mencoba menyusun kata-kata. Mungkinkah ia ... “Maaf ya. Saat pentas nanti, aku tak dapat melihatmu. Lomba CCC di berlangsung secara bersamaan dengan pentas drama” wajahnya terlihat kecewa.
“Akhirnya aku dan Fidya memutuskan melihat kalian saat latihan” wajahku langsung merona. Jadi, selama ini mereka menonton aku dan klub Drama berlatih? Kenapa aku tak sadar?
“Waaah, emh. Sebenarnya itu sudah cukup. Lagipula, pentas Drama tidaklah terlalu penting.

Yang penting, kau dan Fidya berusaha untuk menjadi juara” ucapku.
“Terima kasih kau mau mendukungku. Aku juga berharap pentasnya sukses! Sekali lagi, sebagai temanmu aku meminta maaf” ia ternyesum kemudian pergi. Aku tertegun. Ia hanya menganggapku teman? Tidakkah lebih?
***

Ini adalah hari dimana aku berakting didepan banyak peserta drama lainnya, dihadpan para juri dan para audience. Aku gelisah bukan karena nervous, tapi mengkhawatirkan lomba CCC. Apakah fidya sanggup membantu Derval? “Sudahlah, do’akan saja semoga Derval-mu itu menjalani lomba dengan lancar” ujar Zio seakan-akan tau isi hatiku. Mengapa semudah itu dia langsung memahamiku? Dibelakang pangggung, aku telah selesai didandani. Dan Bimbi datang bersama Dira. Mereka heboh sekali, apalagi melihat dandanan Zio.
“OMG! ... Dien, dia tuh ganteng banget meski dikasih baju yang mistik sekalipun!” komentar Bimbi saat Zio lewat dihadapan kami bertiga. “Dan kamu!, ya ampun ... Putri dari mana nih? Aduh, cantiknya ...jadi pengen ikut Drama deh!” Dira tak kalah heboh saat melihat penampilanku. Yang kuakui 180 derajat berbeda dari biasanya. Dan saatnya pentas!
***

Saat menunggu hasil pengumuman pemenang, banyak yang melirik kearahku dan Zio. Mereka berbisik-bisik. “kampungan deh, liatin kita sambil bisik-bisik” aku berkomentar sambil memakan roti. Disampingku, Zio hanya duduk santai seraya tersenyum. “Nadien ..”
“ya ..?” “Derval-mu itu berhasil jadi juara satu, aku rasa do’a mu terkabul” aku terbelalak! Dan spontan memeluknya saking senangnya. Ah, aku bahagia sekali. Aku tertawa senang, sambil diselingi cekikikan dan kata “Hore!” Setelah sadar, aku meminta maaf. Tak sopan memeluk orang. Setidaknya itu kesimpulanku. Tinggal dag-dig-dug menunggu hasil Drama.

***

“Waaaaa! Kita berhasil” aku berteriak girang senang rasanya menjadi pemeran utama wanita dan menang dalma perlombaan untuk pertama kalinya. “Ini keren! Zio” ujarku. Ia hanya tersenyum penuh misteri. “Ayoo.. foto dulu! Nadien, Zio! Kalian berdua pegang Pialanya oke?”perintah pak Kepsek yang kurasa terlslu senang. Aku dan zio mengangguk.

Zio merangkulku sedangkan tanganku memegang piala, sambil tersenyum puas.
Cahaya Blitz dari kamera yang silau menjepret setiap pose dari para anggota Drama. Saat sibuk berpose, aku melihat Derval dan Fidya memegang sebuah Tropi. Kebahagiaan terpancar di raut keduanya. Sebuah perasaan iri, melihat mereka bangga memamerkan piala itu. “Nah.. apa bapak bilang. Kamu memang berbakat” Pak kepala sekolah tersenyum kepadaku. Malu juga, aku sendiri tak menyadari bakatku yang lain.

***

Berkat kemenangan sekolahku atas dua perlombaan sekaligus. Pihak sekolah merayakannya dengan menggelar pesta. Wuuiih .. selain itu, sekolah juga mengundang Band dari sekolah untuk tampil. Acaranya benar-benar menarik. Ini bukanlah pesta hura-hura. Tapi pesta perayaan yang melibatkan banyak klub sekolah. Serta berbagai ekskul yang unjuk kebolehan.
Yang asyiknya lagi, tak seperti pesta biasa, semua para murid yang diundang ke sekolah harus mengenakan pakaian tradisional. Haha .. terbayang sudah wajah-wajah elite yang menggunakan pakaian yang tak terlalu mewah. Malam harinya aku pergi mengenakan kebaya berwarna biru muda. Bisa dibilang, aku ini tamu kehormatan. Karena telah menjadi pahlawan sekolah .. hehe
Sesampainya di sana, aku di sambut oleh paparazzi dari bagian majalah sekolah. aku merasa seperti artis.

Saat memasuki aula, suara riuh rendah memenuhi ruangan.
“Hoooii! .. putri tidur baru datang nih!” pekik seseorang. Itu suara Gatra. Anggota klub drama. “Iya, kenapa baru datang non! Kita nungguin dari tadi” Reka menimpali. “Eh, tadi kamu dicariin Zio” ujar Fia. Aku mengernyit. Aku pamit. Berniat mencari Zio.

Kakiku melangkah, mendekati seseorang yang ku kenal. Ia sedang asyik memakan jajanan pasar yang disediakan. “Hooy!” ia terlonjak kaget. Diakhiri dengan terbatuk-batuk. Ia mendecak. “Kamu kemana saja?” aku hanya terkekeh. Ia menghela napas. “Ini saat yang tepat untuk menunjukkan perasaanku pada Derval” Zio terbelalak. “Em, kamu yakin?” ia terlihat ragu.

***

“Emh.. Derval” aku berkata ragu. Ia menatapku. Matanya begitu teduh. “Ya ... ada apa?”
“Sudah lama aku ingin mengatakan ini..” suaraku terdengar tegang. Dan bergetar.
“Aku ..” aku menelan ludah. Mencoba mengeluarkan kata-kata. Ayolah nadien, kau pasti bisa!
“Aku menyukaimu sejak kita menjadi partner” ah... rasanya seperti sesuatu yang mengganjal di hati keluar begitu saja.. terasa lega. Meski kini, kurasakan wajahku memanas. Ayoo.. jangan menangis!

Raut wajah Derval tak berubah sedikitpun. Ia menghela napas. “Maafkan aku Nadien.. aku pikir kita hanyalah teman. Tak lebih. Maaf,” ujarnya. Aku menelan ludah. Derval terus meminta maaf. Sebenarnya aku yang salah. Terlalu mengharapkannya. “Emh .. kalau begitu ..” aku harus kuat. “Terima kasih atas semua hal yang kau berikan padaku. Meski kau sendiri tak menyadarinya" ia hanya tersenyum. meski terpaksa.

***

"aku terlalu berharap selama ini" ujarku."Terlalu keras kepala! dasar bodoh!" air mataku mengalir deras. "Sudahlah .." Zio menyodorkan tisu. "Emh .. aku tak tau kau menyukai derval selama ini" Bimbi menunduk. aku hanya menerawang, kosong. Zio terdiam, duduk di bangku dekat ranjangku.

***

Ah .. terima kasih Zio! hebat sekali dia.. menghiburku dengan berbagai cara. setelah seminggu sejak kejadian itu, aku sudah kembali! menjadi Nadien. haha .. hmm, aku berjanji untuk terus mengenang masa ku bersama Derval.

***

9 tahun kemudian... ahhh ... aku mendapat sebuah surat undangan untuk menghadiri acara reunian sekolah. Ada sebuah acara pementasan Drama.. pikiranku kembali melayang.. teringat masa lalu.

***

Tepuk tangan yang meriah. Membahana setelah pementasan Drama selesai. Pemeran utama laki-lakinya mirip orang yang ku kenal.. siapa ya? ah sudahlah, lebih baik aku berkeliling. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. "Nadien!" pekiknya. aku menoleh .. itu ..
"Ifa!" aku tertawa. ia sangat berbeda. kami pun berbincang-bincang. "Eh, haha .. tau gak, yang jadi pemeran utama laki-laki tadi itu adiknya Zio" aku terbelalak. pantas saja mirip. "Lihat itu.." Ifa menunjuk seseorang. itu sepertinya Derval dan .. "Katanya Derval Akan menikah dengan Fidya bulan depan. Langgeng ya, dari SMA sampai sekarang masih tetep" kekecewaan yang dulu sempat tumbuh, kini terasa lagi. "Weeiiss .. Nadien ya!" Seseorang memanggil namaku.
"Waa ! Zio!!" aku memekik girang. Setelah lulus, ia pindah ke luar kota. tak ada kabar. tapi sekarang aku bertemu lagi dengannya. ia kemudian mengoceh, mengenang masa saat kami bermain Drama.. ya, drama.. tempatku menemukan hal baru ..

Deg! senyuman Zio membuatku diam seketika.. "well, Nadien. udah punya pengganti Derval?" Zio bertanya. aku tertawa. kemudian menggeleng. "Kau ini, memang gak laku atau bagaimana sih?" ia menyindir. aku hanya tersenyum kecut. "Kalau begitu, menikah saja denganku" Ia tersenyum. aku hanya tertawa garing... hatiku bertanya, benarkah, zio?

***
 
Cinta ini tumbuh begitu saja saat aku bersamamu. meski kau terlihat terpaksa.. lama-lama kau menikmatinya. begitupun denganku. inilah isi hatiku .. Nadien. aku mencintaimu lewat drama yang kita ikuti..


Semoga Bermanfaat Dan Kunjungi Kata Kata Lainnya Di Kata Bijak Inspirasi  
Share on Google Plus whatsapp
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment