Tugas kita dalam berdakwah ini memang yang pertama kali harus ditanamkan adalah niat dan tekad. Keahlian yang lain insya Allah bisa menyusul untuk dimiliki. Tapi niat dan tekad, ini yang utama. Itu sebabnya, menyiapkan diri dalam dakwah ini harus dihiasi dengan niat yang ikhlas dan tekad yang kuat. Jangan diniatkan karena ingin tenar, atau dianggap paling istimewa. Bukan pula tekad yang melempem dan mudah goyah.
Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang takut kepada Allah, tentu ia tidak akan maju-mundur. Barangsiapa yang tidak maju-mundur tentu akan sampai ke tempat tujuan. Ketahuilah, bahwa barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah, bahwa barang dagangan Allah itu ialah syurga” (HR Tirmidzi dan al-Hakim)
Syadad Ibnu’ al-Hadi pernah berkata[1]: “Dahulu ada seorang laki-laki Badui datang menghadap Rasulullah saw. lalu menyatakan bahwa dia beriman dan mengikuti Rasulullah saw. Kemudian ia berkata:“Saya ingin hijrah bersama-sama dengan Rasulullah”
Maka Rasulullah saw. menasihatkan kepada beberapa orang sahabat, supaya memelihara orang itu. Kemudian tibalah saatnya Rasulullah saw. berangkat ke Perang Khaibar. Di sana beliau berhasil menang dan memperoleh banyak harta rampasan perang. Beliau lalu membagi harta itu. Beliau sendiri, dan orang Badui itu sama turut dapat bagian. Lalu orang Badui itu berkata: “Bukanlah untuk memperoleh harta ini aku mengikuti Rasulullah! Aku mengikuti Rasulullah karena ingin kena lempar di sini dengan ini (sambil menunjuk ke lehemya dan ke anak panah), agar aku mati dan lalu masuk syurga.”
Mendengar kata-katanya itu, Rasulullah saw. bersabda: “Jika anda berkata benar, karena Allah, tentu Allah akan membenarkan kata-katamu itu.”
Kemudian mereka pergi kembali, untuk melanjutkan pertempuran. Akhirnya orang itu dibawa ke hadapan Rasulullah saw. dalam keadaan ia sudah syahid. Rasulullah saw. lalu bertanya: “Benarkah dia..?” Para sahabat menjawab: “Ya benar!”
Akhirnya Rasulullah saw. bersabda: “Dia benar-benar berjuang kerana Allah, maka Allah membenarkan kata-kata yang telah diucapkannya”
Di sinilah, sebagai individu pengemban dakwah kita harus menyiapkan diri agar tujuan bersama dalam dakwah ini sebisa mungkin tercapai dengan baik. Bahkan seharusnya kita menjadi lebih yakin dengan niat dan tekad kita, karena jalan ini adalah jalan yang benar. Bahkan insya Allah diridhoi oleh Allah Swt. Firman Allah Ta’ala: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS al-’Ankabut [29]: Ayat 69)
Aktivitas dakwah yang mulia ini ternyata kudu berhadapan dengan segala risiko. Risiko yang nggak jarang bikin kita sebagian dari kita berguguran di tengah jalan. Nggak kuat nahan bebannya. Itu sebabnya, kesabaran dan keimanan yang mantep sangat dibutuhkan dalam mengarungi medan dakwah ini. Para pendahulu kita juga pernah mengalami hal demikian. Allah Swt. mengabadikannya dalam al-Quran: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS al-Baqarah [2]: 214)
Coba, gimana menderitanya Amar bin Yasir yang disiksa oleh para pembesar Quraisy ketika awal-awal Islam berkembang di kota Mekkah. Nggak hanya itu, beliau harus rela menyaksikan kedua ortunya gugur sebagai syuhada di depan mata kepalanya sendiri. Kita juga bisa meneladani bagaimana pula pengorbanan Bilal bin Rabbah yang rela dijemur di siang hari yang panas dan tubuhnya ditindih batu, sementara pasir di bawahnya terasa membakar kulitnya. Tapi, subhanallah, Bilal sanggup melewatinya dengan kesabaran dan keimanan yang tetap menancap di hatinya.
Sobat muda muslim, ayo bangkit dan masuk ke dalam barisan pejuang Islam. Makin banyak yang berjuang, insya Allah kian besar pengaruhnya dalam mewarnai kehidupan ini. Meski adakalanya sebuah peperangan atau revolusi tak selalu berbanding lurus dengan jumlah pejuangnya. Artinya, tak selamanya jumlah banyak bisa memenangkan pertempuran. Karena yang terpenting adalah kesamaan visi dan misi. Lebih hebat lagi tentunya jumlah banyak dan punya kesatuan visi dan misi. Betul nggak sih?
Jadi, mari tekadkan dan kuatkan perjuangan kita. Jangan pernah takut terhadap apapun, kecuali kepada Allah. Bahkan kita kabarkan kepada dunia, bahwa ancaman kematian, bukanlah penghalang bagi perjuangan kita untuk membela Islam. Seperti kata Syekh Ahmad Yassin: “Kematian tak pernah menakutkan kami. Sebab melalui itu, kami menemukan jalan menjadi syuhada.” Allahu Akbar!
Ayo, jangan takut, jangan minder, dan jangan malu en males jadi pejuang Islam. Kita di jalan yang benar sobat. Kita tidak sendirian. Jumlah kita ribuan, bahkan jutaan yang akan berjuang membela Islam. Sebagai penyemangat perjuangan, yuk kita sama-sama senandungkan salah satu lirik nasyid Izzatul Islam yang oke punya: “Barisan mujahid melangkah ke depan/ Tanpa rasa takut menghalau rintangan/ Cahya Islam kan selamanya memancar/ Dengan darah kami sebagai pembakar”. Tetep semangat berjuang sampai akhir hayat. Ehm, kalo dalam bahasanya White Lion sih: Till Death Do Us Part. Hehehe…
So, jangan pesimis ya. Kemenangan Islam memang insya Allah akan datang. Melalui keterlibatan kita, atau bahkan tanpa keterlibatan kita. But, tentu alangkah nikmatnya jika kita menjadi bagian dari perjuangan untuk meraih kemenangan tersebut. Kemenangan perjuangan menegakkan syariat Islam itu sudah amat dekat. Ayo, kita sambut dengan terjun langsung dalam dakwah. Semangat!
Salam,
Sumber : O. Solihin
Sumber : O. Solihin
0 comments:
Post a Comment