Orang yang syirik alias menyekutukan Allah Swt. disebut musyrik. Contoh yang sederhana bisa kita jumpai lho dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pas mo bikin rumah, banyak orang ngitung hari yang baik biar pembangunannya lancar. Maka primbon deh yang orang-orang pake atau nanya ke ahliHongsui untuk nentuin posisi rumah yang bisa aman ditempati dan banyak bikin hoki. Pas mo hajatan sunatan atau kawinan sampe bela-belain nanya ke orang pinter (baca: dukun) untuk nyari hari baik biar sunatan atawa kawinannya lancar dan mendatangkan untung yang banyak. Sobat, praktik kayak gitu tuh namanya udah syirik. Ati-ati deh.
Oya, biar dalam masalah mempersekutukan Allah Swt. alias syirik ini jelas pembahasannya, saya sengaja memberikan sedikit tambahan wawasan kepada kamu semua tentang jenis syirik. Ternyata syirik tuh dibagi dua: syirik besar dan syirik kecil. Syirik besar (al-syirku al-akbar) menurut as-Sa’adi dalam kitab al-Qaulu al-sadid diartikan: menjadikan bagi Allah sekutu (niddan) yang dia berdoa kepadanya seperti berdoa kepada Allah, takut, harap dan cinta kepadanya seperti kepada Allah Swt. atau melakukan suatu bentuk ibadah kepadanya seperti ibadah kepada Allah Swt. Syirik besar ada yang bersifat dzahirun jaliyun (tampak nyata) seperti menyembah berhala, matahari, bulan bintang, benda-benda tertentu atau mempertuhankan Isa al-Masih, dsb. Ada pula yang bersifat bathinun khafiyun (tersembunyi) seperti berdoa kepada orang yang sudah meninggal, meminta pertolongan kepadanya, minta disembuhkan dari penyakit, dihindarkan dari bahaya, dsb. (MR Kurnia,Mereformasi Diri dengan Tauhid, hlm. 151-152)
Sementara syirik kecil (al-Syirku al-Asghor) mencakup semua perkataan dan perbuatan yang akan membawa seseorang kepada kemusyrikan selain syirik besar.
Syirik kecil bila terus menerus dilakukan bisa menjerumuskan pelakunya kepada syirik besar. Di antara perbuatan yang termasuk syirik kecil adalah:
Pertama, bersumpah dengan selain Allah. Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang bersumpah selain nama Allah dia telah kufur atau syirik.” (HR at-Tirmidzi)
Kedua, memakai jimat/isim atau sejenisnya kemudian ia meyakininya. Rasulullah saw. menyampaikan sabdanya: “Barang siapa yang menggantung diri pada tangkal maka Allah tidak akan menyempurnakan (imannya) dan barang siapa yang menggantungkan diri kepada azimat maka Allah tidak akan mempercayakan kepadanya.” (HR Ahmad)
Dalam hadis lain Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasannya Rasulullah pernah melihat seseorang memakai gelang kuningan di tangannya. Beliau bertanya: ’Apakah ini?’, ‘Penolak lemah’, jawab orang itu. Maka Nabi berkata: ‘Lepaskanlah, karena dia hanya akan menambah penyakit dan kalau kamu mati dengan gelang itu masih melekat di tubuhmu, niscaya kamu tidak akan bahagia selama-lamanya (masuk neraka).” (HR Ahmad)
Rasulullah saw. juga bersabda: “Sesungguhnya mantra, azimat dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik.” (HR Ibnu Hibban)
Ketiga, sihir. Rasulullah saw. menyampaikan sabdanya: “Barang siapa yang membuat satu simpul kemudian dia meniupinya maka sungguh ia telah menyihir. Barang siapa menyihir, sungguh ia telah berbuat syirik.” (HR Nasai)
Keempat, astrologi/ramalan. Percaya ama ramalan bintang atau zodiak? Ih, nggak boleh banget tuh. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang mempelajari salah satu cabang dari perbintangan maka dia telah mempelajari sihir.” (HR Abu Dawud)
Rasulullah saw. juga bersabda: “Allah telah menciptakan bintang ini untuk tiga keperluan, yakni hiasan langit, pelempar setan dan tanda-tanda untuk penunjuk arah. Barang siapa mentakwilkan bintang-bintang itu di luar ketiga hal itu maka ia telah melakukan kesalahan, berbuat sia-sia dan telah menyia-nyiakan nasibnya serta memaksakan dirinya pada sesuatu tanpa dasar ilmu pengetahuan.”(HR Bukhari)
Kelima, riya’. Ini lawannya ikhlas, Bro. Jadi, melakukan sesuatu bukan karena Allah, tapi karena ingin dipuji manusia atau karena pamrih lainnya. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti terjadi pada kalian adalah al-Syirku al-Asghar (syirik kecil). Sahabat bertanya, apa syirik kecil itu, ya Rasulullah? Rasulullah menjawab, Riya’.” (HR Ahmad)
Oke deh sobat, semoga beberapa poin tadi bisa memberikan penjelasan. Meski singkat, tapi insya Allah bermanfaat. Oya, perlu diketahui juga dan wanti-wanti bahwa kita nggak boleh ngikutin tradisi nenek moyang jaman dulu. Misalnya nih, pas mo hajatan suka nyediain sesajen berupa kopi pahit, telur, dan sebagainya untuk orang yang udah meninggal (arwah nenek moyang) demi kelancaran hajatan yang bakalan digelar. Saya pernah tanya ke kerabat saya tentang kasus tersebut yang dia lakukan, eh dia malah menjawab: “Ya, kita sih cuma ngikutin tradisi ortu dan nenek moyang aja” Halah! Tuh jawaban nggak mutu banget. Kalo kayak gini, kayaknya perlu diminta baca ayat ini nih:“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: ‘Apakah yang kamu sembah?’ Mereka menjawab, ‘Kami menyembah berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya’ Berkata Ibrahim: ‘Apakah berhala-hala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya), atau dapatkah mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?’ Mereka menjawab: ‘(bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami telah berbuat demikian.” (QS as-Syu’ara [26]: 69-74)
Oke deh sobat, kalo emang kita cinta sama Allah Swt. tentunya nggak bakalan menduakanNya dong alias nggak bakalan mempersekutukanNya dengan yang lain. Itu sebabnya, percuma aja ngebusa bilang ke siapa aja bahwa kamu cinta sama Allah Swt., tapi dalam kenyataannya kamu justru mempraktikkan syirik besar maupun kecil. Nggak banget deh. Oke? Keep istiqamah bersama Islam dan buktikan kalo kamu hanya mencintai dan hanya menyembah Allah Swt.
Salam,
Sumber : O. Solihin
Sumber : O. Solihin
0 comments:
Post a Comment